Awkward Moment
Semua orang pasti pernah merasakan hal ini. Walau mereka menyadari atau
tidak, walau mereka tau artinya atau tidak. Kali ini, di malam ini,gue bakal
berbagi tentang awkward moment yang pernah gue alami sendiri maupun yang pernah
didengar, sok tau gitu. Openingnya kependekkan ya? Nah itu yang sering jadi
masalah buat gue. Dimana ada moment yang
openingnya begitu banyak dan gue gak tau isinya apa dan moment yang openingnya
gak tau tapi isinya tau. Kalau kedua kondisi itu diibaratkan, itu adalah moment
punya banyak kata-kata ampuh buat meluluh lantahkan hati cewek namun gatau buat
siapa dan moment gak punya kata-kata sama sekali tapi udah ditungguin si doi. Nah,
ini bukan awkward moment sih. Berarti kalimat gue sebelumnya, salah forum.
Pernah ngalamin, ehem kok bacanya gak enak ya ( nga[e]lamin ). Pernah ada
di moment, dimana habis patah hati ditolak cewek kemudian dikira jadian sama
temen-temen? Yap, gue pernah berada di moment itu. Bagi yang belum, coba deh. Hidup
cuma sekali, kecuali kalau punya extra lives setelah mengirimkan clover(?). Kalau
bilang ke mereka ditolak, pasti malu. Pasti bakal diledekkin sampai yang
ledekkin itu putus. Atau memang, mereka punya mental baja dalam mem-bully
sehingga saat mereka berada di moment itu, mereka bakal innocent. Kalau bilang
diterima, bener-bener udah menyalahi takdir. Ujungnya-ujungnya mereka bakal
minta PJ, entah itu Pajak Jadian ataupun Pajak Jomblo. Nah, bagi yang sudah
mengalaminya dan gatau mau jawab apa, gue punya solusi. Yap, solusinya adalah
orang tua. Bilang aja kalau orang tua gak restu, selesai.
Kemudian ada lagi moment dimana udah jadian, tapi gak ada diantara
temen-temen yang percaya? Nah,itu gue gak mengalami moment itu dan bukan pula
pengalaman dari temen. Itu antonym dari paragraph sebelumnya. Jadi, gue gak mau
berkata banyak hal karena takut menyebar fitnah karena Allah beserta
orang-orang yang sabar (?)
Next, belum lama ini batin gue tersentak. Waktu itu, waktu jaman gue
alim-alimnya, shalat maghrib di masjid. Berlarian menuju masjid karena udah
telat dan hujan. Coba kalau gak hujan, walaupun telat gue telatin lagi biar
sampai di sana udah salam, jadi ikutan salam juga. Masih rakaat pertama, dari
luar gue memakai sarung. Kemudian melihat ke dalam masjid dan tau apa yang
terjadi? Salah seorang jamaah melihat ke gue dan tersenyum. Gue merasa gagal
sebagai orang yang pernah mengganggu temen shalat. Udah gangguin temen shalat
dengan berbagai lelucon yang ditiru dari komedi apapun dan dia tetap tidak
tertawa. Malahan yang ketawa itu syaitan karena udah gagal mengganggu.
Pernah merasa kehilangan? Pernah lah pasti. Itu terjadi ketika gue masih
SD. Gue punya sepupu laki-laki. Setiap liburan, gue pasti ke tempatnya karena
abang membuka rental PS ( PlayStation) 2. Jadi, gue pernah main dari jam 6 sore
sampai jam 6 pagi tanpa berhenti. Singkat cerita, abang nikahan. Dia baralek (
Note : bagi yang gak tau baralek itu apa, ada kok tulisan gue sebelumnya. Eh promote
). Nah, budaya di tempat gue kalau ada yang baralek itu berjalan mengelilingi
komplek perumahan. Dari dalam mobil, tepatnya melalui kaca spion gue melihat
abang di hari bahagianya berjalan bersama istri sembari…menangis. Gue gak tau
kenapa bisa nangis. Apa di mindset gue itu tertanam kalau udah nikah, gak bisa
main PS lagi ke tempat dia. Atau gue gak bisa lagi menarik-narik rambutnya, gak
bisa memukul perutnya yang kepompa nitrogen, gak bisa lagi minta beliin ini itu
karena udah harus menafkahi keluarganya? Kemudian gue menemukan jawaban. Bukan jawaban
kenapa gue nangis, tapi jawaban kenapa mata gue sekarang mata panda tanpa
begadang. Yap, itu karena gue udah begadang di waktu kecil walau sewaktu SMP
dan SMA gue gak pernah begadang lagi, pernah sih tapi jarang. Jadi, begadang
enggaknya gue semalem waktu kuliah ini, bukan dilihat dari mata, tapi dari bau
badan, mandi enggaknya di pagi hari.
Pernah telat bangun? Salah pertanyaan. Pernah telat datang ke kampus? Maaf
ya buat anak PAUD, TK sampai SMA, tulisan gue rasis. Waktu itu, nah ini sih
pengalaman temen gue, tapi ditulis “gue” aja ya biar efisien dan dia gak dapat loyalty.
Waktu itu, hari apanya gue gak tau, kan bukan gue yang mengalami. Waktu itu,
ini udah waktu itu yang ketiga kalinya. Waktu itu, ini yang kelima soalnya di paragraph
sebelumnya kan double. Kelas di mulai pukul 08.40 dan gue terbangun pukul
08.00. Bergegas mandi tanpa melihat hape. Kok gue bisa tau ya itu jam 08.00
padahal gue gak punya jam dinding. Tentu gue gak lupa dandan sembari memakai
jilbab ala. Berlarian mengejar angkot. Untuk kamu tau, aku juga berlarian
mengejarmu, tapi kamu gak pernah berhenti di depanku. Tapi aku bersyukur, bisa
jadi kamu bukan angkot ke jurusan yang aku tuju. Beruntung, hari itu macet
belum bangun dan gue gak bertemu dengannya. Jadi, sampai di kampus pukul 08.40
pas.
Sesampainya di kampus, pelarian gue masih belum berakhir. Yap, kelas
berada di lantai 4. Tanpa berfikir panjang gue memutuskan untuk memanjat. Tentu,
udah bisa ditebak gue salah kelas dan juga salah lantai. Masuk di kelas lantai
3 dan dengan gagah gempita ngomong pakai Bahasa Inggris, “Professor, I am
really sorry for coming late; I swear there is a hectic traffic before. I am
sorry professor. I hope that you forgive me sincerely and I would be delighted if
you allow me to join your class this morning”. Keren kan Bahasa Inggris gue? Iyalah,
ini copy paste dari temen gue itu. Coba kalau gue yang masuk kelas dan telat,
just smile as beauty as I can. Tentu professornya jawab pake Bahasa Inggris
juga, “Excuse me young lady, but are you sure that you are in the right class? It
seems like you’re junior”. Selain bisa membedakan karya yang plagiasi, ternyata
dosen juga bisa membedakan angkatan mana kita, junior atau seniornya. Kemudian,
dengan tenang gue menjawab, “Saya acting Prof, itu temen saya melihat dari
ruang CCTV”sembari menunjuk kamera CCTV yang berada di kelas. Ya, itu versi
gue. Dari Bahasa, udah beda. Versi aslinya, “Oh my God, I am sorry for being
careless. I am truly sorry for bugging
your class. I am sorry”
Berlarian lagi menuju lantai 4. Masuk ke kelas dan ternyata…dosen gak dateng.
Kemudan nge-check hape dan gak ada jarkoman sama sekali. Kemudian gue baru
inget, kalau ketua kelas yang jarkomin itu adalah saingan gue mengejar doi.
Kayaknya sekian dulu cerita dari gue mala mini, karena gue bener-bener
hilang topic temen dateng buat jemput. Terimakasih buat anak sasing yang
menyumbangkan ceritanya. Maaf ceritanya dijadiin versi gue. Jangan kapok
berbagi cerita lagi. Selamat malam, selamat tidur buat kamu yang menolakku *eh. Kamu ingat aku cuma saat aku menolakmu, apa kamu gak inget saat kamu tersenyum karenaku? Oke, udah jangan dilanjutin lagi
Komentar
Posting Komentar