Ulfa Nelda Amalia
Dari nama, orang ngira gue cewek. Dari wajah, orang ngira gue tua. Dari
sikap, orang ngira gue bocah, ehem sekarang udah sok dewasa. Iya, sok. Ini
seharusnya ditulis saat gue perkenalan di tulisan pertama blog ini. Namun,
apadaya. Waktu itu belum terpikirkan. Jadi, gue harus ganti opening.
Selamat malam, sabar menanti
Jumat malam untuk kalian para calon pelaku sunah rasul, termasuk gue… Untuk
orang tua, kalian udah jadi tersangka. Ini baru namanya opening.
Sepertinya ini bakal jadi
tulisan pertama gue tentang mendeskripsikan seseorang di blog. Mungkin banyak
yang kenal, apalagi temen-temen SMP dan SMA. Soalnya dia lebih terkenal dari
gue. Untuk temen-temen Mahasiswa, kalian gak usah baca ini. Baca paragraf selanjutnya
aja.
Pagi
itu, pengumuman pembagian kelas dari kelas X beranjak ke kelas XI. Berhubung
minggu, jadi gue masih terbaring di atas kasur seharga Rp500.000,- dengan
beralaskan bantal seharga Rp 40.000,- dan memeluk bantal guling seharga Rp
40.000,-. Pertanyaannya adalah, kapan terakhir kali gue mimpi basah? Oke, gak
usah dijawab. Berhubung rumah gue berjarak lebih kurang 15 km dari sekolah, gue
memutuskan untuk makan pagi setelah bangun. Kemudian bergegas mandi dan
memanaskan mesin motor. Ingat, yang mandi tubuhku bukan hatiku. Jadi, kamu gak
akan luntur dalam ingatanku. Satu lagi ingat, yang dipanaskan mesin motor bukan
mata. Jadi, aku gak bakal meleleh melihat kecantikan kamu. Bergegas gue pamit
sama orang tua dan langsung ngejemput temen gue ke rumahnya, buat main PS.
Paragraf ini lebih gak penting lagi.
Namanya Ulfa Nelda Amalia. Saat
gue tanya arti dari namanya, dia gak tau atau jangan-jangan gue yang lupa. Mau
tanya lagi, kan tulisan ini sebagai kado buat ulang tahunnya. Lho kok spoiler.
Ini yang ngetik siapa sih.
Baiklah, gue akan menganalisa
arti dari namanya. Ulfa mungkin adalah plesetan dari Alfa atau dalam fisika
memiliki lambang α. Alfa memiliki gebetan yaitu Beta atau dalam fisika memiliki
lambang β. Jadi, Ulfa berarti “Saya”(?)
Nelda, seinget gue ini adalah
perpaduan antara nama orang tuanya dia. Jadi, gue putuskan untuk memutuskan
pacar gue(?). Nel mungkin adalah pengucapan orang Arab yang dengungnya
overdosis dalam mengucapkan sungai Nil, sehingga menjadi sungai Nel. Da mungkin
berasal dari kata dan. Namun, akibat kurangnya kambing saat Aqiqah terpaksa
huruf harus dihilangkan salah satunya. Jadilah, N dikorbankan. So, Nelda
meaning is “dan sungai Nil”
Amalia. Jelas, amal artinya
adalah beramal. Kemudian ia mungkin adalah panggilan buat sang Pencipta, Dia. Jadi,
Amalia adalah beramal karena Dia.
Kesimpulannya adalah, arti dari
nama Ulfa Nelda Amalia setelah gue analisis adalah Saya dan sungai Nil beramal
karena Dia. Bisa jadi, sungai Nil adalah nama kembarannya. Namun, gue bakal
menganalisa lagi hasil analisa sebelumnya.
Analisisnya begini, saya akan
beramal sepanjang apapun dan akan beramal terus menerus yang dilambangkan
dengan sungai Nil itu sendiri, tanpa pamrih, tulus yang dilambangkan dengan air
sungai Nil yang ( dulunya ) jernih. Sekarang gak tau jernih apa enggak. Belum
pernah ke sana soalnya. Singkat cerita, gue memanggil dia dengan Upla dimana
kebanyakan orang memanggilnya Unyit.
Upla, gue sekelas lagi sama dia
kelas XI. Saat kelas X dia hanya sebatas temen biasa. Sok kenal, sok deket, sok
akrab, sok ganteng, sok cantik. Pokoknya semua serba sok-sok-an deh. Itu
dikarenakan dia memiliki temen SMP yang banyak di kelas X. Namun, beranjak ke
kelas XI. Gue dan dia udah lebih dari sekedar temen. Itulah sebabnya dia putus
*eh. Bukan, bukan dan bukan. Itu ngawur. Yang putus adalah gue (?). Pepatah
pernah mengatakan, temen atau sahabat itu adalah cerminan dari diri kita
sendiri. Bukan berarti disaat gue bercermin gue ngelihat dia, begitupun
sebaliknya.
Di kelas XI sampai kelas XII
kami sering duduk se-dua bangku berdekatan atau bisa dibilang sebangku. Ada
namanya rotasi tempat duduk dimana setiap akhir minggu sekolah, ada proses
cabut lot untuk menentukan posisi duduk minggu depannya. Nah, dapat sebangku
atau enggaknya akan tetap berujung gue duduk sebangku dengannya karena dia
minta begitu. Gue gak tau kenapa dia mau duduk dengan gue, apa saat itu gue
pacaran sama bintangnya SMA? Entahlah. Maksudnya, entahlah gue punya pacar apa
enggak.
She’s so brilliant at English. Pronounce, grammar, verb and so on. Yap,
dia adalah andalan gue saat ujian Bahasa Inggris. Sedangkan gue adalah
andalannya dia dalam soal hitungan. Bukan mencari jawaban dalam kertas kosong
gue namun ke tetangga sebelah. Gue handal dalam hal itu. Mungkin, dia ngira gue
nyaman dengannya bercerita selama ini. Padahal sebenarnya dia “keygen” gue buat
ulangan Bahasa Inggris. Mungkin karena niat gue begitu, sampai sekarang gue
masih terbata-bata dalam berbahasa Inggris.
Upla bercerita banyak hal. Mulai
dari kisah asmara, tentu tidak se-detail laporan skripsi kakak tingkat,
buku-buku yang dia sukai, makanan, minuman, dessert dan apapun itu. Kecuali
pelajaran perkuliahan yang gue tekuni saat ini. Saat guru sejarah menerangkan
pelajaran tentang sejarah Wali Songo, dia bercerita tentang sejarah juga.
Namun, dia bercerita tentang romawi kuno. Sepertinya, itu adalah alasan lain
mengapa gue kuliah di jawa. Memastikan lagi sejarah tentang Wali Songo.
Dia juga bercerita tentang
pergerakan bawah tanah. Dimana kami saling berasumsi tanpa tau asal mula. Tanpa
tau sumber cerita. Yang terpenting adalah saling berdebat.
Kakinya mengidap penyakit
berbentuk O, sama dengan gue. Bedanya, kalau cewek akan terlihat anggun kalau
kakinya mengidap penyakit X. Cowok akan terlihat maco bila kakinya O.
Sepertinya dia salah kelamin. Saat pembagian kelamin dia malah TA atau dia
menyusun skripsi tentang Maket bangunan di jurusan Sastra. Atau lebih gila lagi
kalau dia jadi gila(?).
Maafkan tulisan gue yang
bercerita random karena gue bingung kronologi kehidupan gue dengan dia. Jadi,
siapkan pisang untuk menambah konsentrasi ya
Upla sering ngajak gue berenang,
bukan gue doang sih, tapi temen sekelas. Biar kesannya gue penting banget,
gitu. Sesampainya di sana, dia malah gak berenang sama sekali. Masuk ke dalam
kolam, main air, main ikan dan main hati.
Gue gak tau persis apa makanan
favoritnya karena gue gak pernah ngajak dia kencan. Apapun makanan yang gue
beli, dia juga pasti memakannya dan minta lagi sampai habis. Apalagi
minumannya, gue aja bingung sama minuman favorit gue.
Kembali ke awal, bukan awal
kisah kita ya, dimana momen pdkt begitu dikangenin, ntan. Upla merupakan anak
bungsu. Sama lagi dengan gue. Bedanya, dia cewek dan gue cowok. Jelas. Maksud
gue bukan itu. Dia anak ke-4 dari empat bersaudara. Sedangkan gue? Hayo berapa.
Dia memanggil mamanya dengan sebutan “mem”. Ehm, apa gue harus analisis lagi? Jangan-jangan,
dia memanggil papanya dengan ded? Sungguh anak kurang ajar mendoakan orang tua
meninggal.
Gue gak tau mau cerita hal
apalagi karena terlalu banyak, gak akan cukup lembaran word dalam laptop ini
untuk menuliskan tentang dia. Namun, yang paling berkesan buat gue adalah,
dialah yang mengajarkan gue untuk memiliki sahabat, dialah yang mengajarkan gue
untuk percaya dengan teman. Intinya, dialah pembuka jalan bagi gue untuk
menemukan sahabat-sahabat gue yang lainnya. She’s like a bridge. Bukan, bukan
jembatan tempat bunuh diri. Tapi, dia adalah jembatan tempat dimana gue bisa
menyeberangi sungai. Oke, focus.
Dialah orang yang mendoakan gue
agar ditolak saat gue bercerita udah menyatakan perasaan ke seseorang. Katanya begini,
’orang muslim gak boleh pacara’. Itulah alasan mengapa dia diputusin, mungkin.
Jangan tinggalkan dia sendiri. Ini rada ambigu. Seperti gue mutusin dia lalu
pergi padahal yang diputusin dia dan yang ditolak gue. Kemudian gue tau
maksudnya. Gue harus menemani dia sendiri dalam status jomblonya, jomblo kita.
Sesaat setelah gue bilang udah ditolak, responnya begini, “Alhamdulillaah,
Tuhan telah menunjukkan jalan yang benar bung. Tetaplah istiqomah”. Masih ada
lanjutannya, jadi sabar ya, gue. “Jangan pernah sedih ketika sesosok manusia
menolakmu, sedihlah jika Tuhan yang menolakmu”. Yap, dia benar.
Gue sama dia sepemikiran, bukan
berarti kami saling nempelin jidat. Dialah yang setuju saat gue mengoceh
tentang sesuatu yang sama-sama terjadi di depan mata. Dialah orang menekankan
lagi ke gue pentingnya membaca. Dialah orang yang ngasih tau gue lokasi WC
cowok di bandara saat pertama kali gue ke bandara. Dialah yang nyuruh gue makan
kurma sebelum take off pertama kali.
Entah apa hubungan kurma dengan aftur pesawat. Oke, gue terlalu banyak memuji. Dialah orang
yang memaksa gue untuk menulis ini.
So, may I call her as my “sahabat”?.Beginilah, iya begini. Sepanjang
tulisan gue bercerita tentang dia. Oke, ini salah satu percakapan yang membuat
gue bergeming. U sebagai Upla dan G sebagai Gue.
U : Tulisan buat awak pleaaaseee (
awak = biawak. Bukan, awak = aku )
G : Iya, ini lagi proses kok. Sabar
yaaa
U : Semangat brooo, awak selalu
mendukungmu
G : Mendukung? Awak butuh ide brooo
( Iya, dia cewek dan gue manggil bro )
U : Lihat aja gebetaaan
G : Gak punya -_-
U : Lihat aja awak brooo
G : Cieee kamu gebetan aku?
Nah, ini inti percakapannya. Yang di atas
abaikan aja.
U : Emang bro mau awak jadi gebetan
bro? Suka untuk waktu sementara, lalu setelah itu tiada, komunikasi baik putus
selamanya, paling sedikit bicara dua tiga patah kata, dengan rasa canggung pula.
Itupun kalau ketemu. Awak lebih dari sekedar gebetan. We will have a good
relation till we die. Ok bro?
Memang, itu tidak seromantis kisah cinta film Titanic. Satu pertanyaan
dari gue, siapa yang tidak ingin untuk diinginkan? Itu adalah Bahasa lain dari
jadilah sahabatku terus atau jadilah tempat berceritaku selamanya. Kebahagiaan
kita gak cuma di satu orang kan? Itulah sebabnya Tuhan menciptakan perbedaan.
Terlalu universal, memang.
Semoga tulisan ini cukup romantis
untuk gue hadiahi ke Upla. Selamat Ulang Tahun Sobat, Ulfa Nelda Amalia. Umurmu
berkurang, sudahkah kau wujudkan impian yang telah kau tuliskan? Waktumu untuk
mewujudkannya semakin sedikit. Doaku cukup satu. Semoga semua List to Do-mu
bakal tercentang semuanya, secepatnya. Masih
banyak hal lagi tentang dia. Sepertinya bakalan ada Ulfa Nelda Amalia Jilid 2.
Sepertinya, saat gue mengetik
ini ( 31-03-2015 ) Upla lagi UTS. Semoga soal yang keluar adalah soal anak
Teknik. O iya, Upla adalah mentor gue via bbm untuk pertama kali gue naik
pesawat sembari dia memakai DP foto berdua dengan gue. Alay memang. Namun, itu
sepertinya adalah ucapan selamat jalan untuk gue agar merantau di Jawa
semaksimal mungkin karena dia pernah bercita-cita untuk kuliah di Jawa. Saran
gue sebagai anak rantau. Maksimalkan belajar memasak masakan Padang. Itu adalah
warisan Minang bukan? Warisan bukan melulu soal harta. Gue yakin, you will win
more than 70% about men’s life. Spesifikasinya, perut pria.
Terimakasih untuk temen-temen yang
sudah membaca maupun yang cuma buka-tutup. Itu udah cukup buat menyenangkan
hati gue. Apalagi berkomentar tentang tulisan gue. Terserah mau komentar
tentang apapun, asmara, keuangan, kesehatan, dan karir. Komentar yang baik
nanti bakal gue pacarin. Komentar yang kritis bakal gue pacarin. Komentar yang
sadis, tetap bakal gue pacarin. Karena gue percaya bahwa dengan berkomentar,
berarti kalian menyimak setiap tinta elektronik tulisan yang gue buat. Sekian.
bhhahahahhakk gokeel om apiiink :3
BalasHapus1. Makasih ya udau buka baca dan comment. Aku seneng, sungguh
Hapus2. Aku masih proses jadi om-om
3. Ulangi 1 dan 2
awak=biawak, ngakak
BalasHapusAaa so sweet~
HapusNtap, w suka pikiran u lompat2 macam katak keluar dari tempurung
BalasHapusSekarang katak udah jarang ketemu tempurung :"
HapusPengen juga :')
BalasHapus