Ujian Nasional
Mencegah lebih baik dari pada
mengobati. Untuk itu, cegahlah hatimu untuk mencintaiku dari pada kamu susah
untuk mengobati rasa rindu yang takkan terbendung.
Sepandai-pandainya tupai
melompat, suatu saat pasti akan pernah jatuh. Ya, kuakui. Sepandai-pandainya
aku melompati setiap tatapanmu, bukan hanya suatu saat. Namun, setiap saat aku
selalu jatuh dalam keteduhannya.
Karena nila setitik, rusak susu
sebelanga. Walau sikapmu yang hanya setitik harapan, kamu merusak seluruh focus
hidupku untuk tertuju kepadamu.
Menurut gue yang paling ngena
itu yang pertama. Berhubung itu eureka, datang dengan sendirinya. Tidak seperti
yang kedua dan ketiga, dibuat-buat.
Apakah opening gue udah cukup
romantis? Kalau belum, itulah sebabnya kenapa gue masih jomblo (?). Sebenarnya
ini blog siapa? Kenapa gue malah mempermalukan diri sendiri? Baiklah, izinkan
gue untuk memblock akun medsos kalian (?). Bukan, izinkan gue bercerita tentang
Ujian Nasional berhubung adek-adek yang imut-imut gosipnya besok, 13 April
2015, akan melaksanakan Ujian Nasional. Ini adalah cerita fiksi pertama gue (?)
Detik-detik Ujian Nasional. Ya,
itu adalah nama buku. Anehnya, bukunya dicetak lebih dari beratus-ratus ribu
detik bahkan jutaan detik sebelum Ujian Nasional. Masih masuk akal memang,
dalam satuan detik. Entah siapa yang mau menghitung mundur.
Tentunya kalian yang seumuran
sama gue sudah melewati moment ini. Untuk info lebih lanjut tentang gue
silahkan kepo-in di sini @alfimandaliko. Modus, memang.
Di jalan raya, pasti kalian
menemukan spanduk bertuliskan, “Bimbel di sini dijamin lulus, kalau tidak uang
kembali 100%”. Itu, kalau kalian tinggal tidak di hutan. Itu, kalau kalian udah
bisa baca. Itu, kalau kalian tidak mempersiapkan dengan mandiri Ujian Nasional karena
melihat-lihat spanduk di jalanan. Bukan membaca buku di rumah. Siapa yang tidak
tertarik dijamin lulus? Padahal, yang mengadakan ujian pemerintah, bukan
swasta. Dari sudut pandang gue sebagai cowok, terserah kata-kata seperti apa
atau desain spanduknya sebagus apapun, yang terpenting bagi gue adalah
pengajarnya muda, cantik dan bisa dimodusin. Dari sudut pandang gue sebagai
cowok dalam menilai alasan cewek ikut bimbel adalah, pengajar yang muda,
ganteng dan bisa dimodusin? Salah besar. Menurut gue, alasan mereka ikut adalah
mas-mas tukang parkir yang pengertian. Keluar dari gedung helm diambilin dan
motor langsung diambilin. Tanpa bicara, tanpa bayar. Hanya mengulas sebercak
senyuman. Ya,itu bagi yang memiliki kendaraan. Bagi yang gak punya kendaraan? Sentences
not available.
Kunci Jawaban. Ya, itu adalah kata simalakarma. Bukan, bukan memilih
antara kematian papa atau mama. Bukan juga antara balikan dengan mantan atau
nembak pacar orang. Gue berfikir, transaksi gelap yang dilakukan siang hari
oleh orang putih dengan kertas putih tinta putih hanya terjadi di tempat asal
gue. Ternyata, itu terjadi di Negara tercinta. Berikut beberapa kisah sebelum
Ujian Nasional.
Beli kunci. Entah kenapa, barang haram yang dihalalkan ini begitu
menarik perhatian. Tapi tetap, kamulah orang yang mampu mengalihkan duniaku.
Ya, di saat aku berfikir bahwa kamu adalah kenyataan. Kamu menampiknya sehingga
hanya sebatas impian. Dunia nyata menjadi dunia impian. Oke, gue malah curhat.
Maafkan. Gue nyasar di kelas kategori unggul. Bukan, mereka bukan hasil
persilangan antara produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Teman se-game
SMP gue merupakan bandar kunci sewaktu SMA. Namun, gue beda kelas dengan dia
ketika SMA. Sedihnya itu, dia nge-skip kelas gue dalam transaksi gelap itu. Gue
yang pengen beli gatau apa-apa tentang kunci. Gue taunya H-1 UN. Ya, para
pembeli itu mengadakan TC, entah itu Training Camp atau Tutorial Center, gue
gak tau.
Adalagi kisah yang gue dapat dari hasil lihat-lihat spanduk di jalanan.
Beberapa hari sebelum Ujian Nasional, guru agama mengundang secara terhormat
untuk datang ke rumah beliau. Mengadakan penyucian dan pengisian. Ya,
penyucian. Membersihkan materi-materi
mantan yang mengisi lembaran otak. Ya, pengisian. Mengisi lembaran otak
dengan info-info terbaru dari gebetan. Bukan, bukan. Menyucikan diri dari
dosa-dosa dengan melakukan rukyah. Mengisi, nah ini yang berbeda. Gak harus
beli Faber Kastil yang hitamnya terjamin. Terserah mau bawa pensil apa yang
penting 6 buah sejumlah mata pelajaran yang diujiankan. Kemudian pensil yang 6
itu, bakal diisi dengan roh-roh yang pintar mata pelajaran. Ada bimbel dunia
lain ya? Spanduknya di jalanan kayak apa ya, hmmm. Ikut ini, kemudian membeli
kunci.
Namun di hari H, efek rukyah yang membersihkan tidak berpengaruh karena
di saat ujian masih panikan. Gue gak panic sama sekali karena tidur, ya buat
menghilangkan kepanikan. Malahan di hari H gue pergi ke mall. Buat apa?
Jalan-jalan? Bukan, menjemput kunci jawaban.
Oke, gue ikutan tren contoh soal Ujian Nasional ya
Kimia : Sebutkan unsur-unsur dalam
tabel periodik yang bisa menghilangkan
penyebab hubungan Budi dan Bona agar tidak
karatan sehingga kadar
Oksigen yang terdapat di alam tidak terinfeksi!
Biologi : Sebutkan enzim pada tumbuhan
hijau yang dapat mempercepat
pertumbuhan cinta Budi kepada Bona yang
dipengaruhi oleh cahaya
Matahari!
Matematika : Premis 1 : Jika Budi menembak Bona maka Bona
akan menolak
Premis 2 : Jika Bona ditembak Budi maka Budi
akan ditolak
Kesimpulan dari premis-premis tersebut adalah?
Budi jomblo, Bona
jomblo dan mereka bahagia selamanya
Bahasa Inggris : This is listening section.
In this part, you get bonus. #Maafkan
The main function of our relationship is what
?!
Bahasa Indonesia : Jelaskan kenapa kamu ditolak?
Perhatikan EYD dengan baik dan benar
Fisika : Jika gaya elastisivitas dari
penembakan Budi terhadap Bona adalah
Sebesar 4l4y, maka kemungkinan Budi ditolak
adalah sebesar?
Kamu jurusan saintek apa soshum?
Pernah dengar begini? “Makanya mau nyari pasangan yang anak saintek biar imbang”.
Ya, itu adalah ucapan dari teman cewek soshum. Sebagai cowok sekaligus anak
saintek, gue ngerasa fly. Namun, bila pembicaraan itu terjadi. Berarti cewek
itu tidak memiliki harapan sama sekali walau hanya setitik embun sore dengan
gue, sedih memang. Embun sore memang tidak ada kan (?). Ceritanya begini.
Saat Ujian Nasional Matematika.
Suasana begitu tenang. Oke, gue bikin set cerita apa enggak nih? Gak usah aja
ya, I am a type of man who talks to the point (?). Dia benci hitungan. Mungkin
saat kecil, dia tidak memiliki jari untuk berhitung. Jarinya baru tumbuh setelah
dia belajar Sosiologi (?). Entah apa hubungannya, memang tidak jelas. Seperti
hubungan kita #curhatlagi. Sedihnya lagi sewaktu Ujian Nasional duduk paling
depan, tepatnya lagi di depan meja pengawas. Bingo ! Dengan bermodal permen
karet semalam yang dikunyah sembari menghafal rumus, dia memulai membuka soal
agar tidak grogi. 30 menit pertama, aman. Soalnya dia masih menghitamkan
lembaran jawaban bagian biodata. 30 menit berikutnya, kepalanya udah pusing
banget, gatau mau jawab . Jawab kepastian tentang kita aja #maafkan. Kemudian
di detik pertama menit ke 31. Dia mimisan. Entah itu efek belajar semalam yang
mati-matian (tapi kenapa masih hadir mengikuti Ujian Nasional. Kenapa tidak
sampai mati?) atau efek melihat soalnya (coba dia sekelas sama gue, dia bakal
mimisan setiap hari walau pelajaran favoritnya), darah beneran, darah buatan
manusia tapi bukan menggunakan mesin pabrik atau darah haidnya(?). Oke, sudahi
ceritanya. Gue jadi pengen mimisan menulisnya.
Cerita di atas merupakan
berbagai kisah yang gue dapat dari teman. Sialnya, orang yang gue ceritain
sebelumnya di blog ini malah bilang gini saat gue nanya apakah dia punya cerita
menarik, “Pikir aja sendiri bro”. Pengalaman gue? Sini nomernya, gue bakal
cerita panjang lebar tinggi. Privat.
Kalo gak salah elastisitas deh bukan elastisivitas
BalasHapusWah ini pasti ga tidur sewaktu pelajaran fisika~ Makasih yaaa
Hapus